Beautiful Like Yourself

Rabu, 06 Februari 2013

DIKEPUNGNYA KITA OLEH KORUPSI


Beberapa waktu yang lalu, gue dapet tugas bikin esai sama guru Bahasa Indonesia. Tapi karena esai yang gue buat ini temanya tidak sesuai sama yang dia pinta akhirnya esai ini pun gak dinilai. Nah, dari pada nganggur mending gue posting aja di sini. Semoga bisa bermanfaat deh.

DIKEPUNGNYA KITA OLEH KORUPSI


Beberapa minggu terakhir ini kita “dibiasakan” dengan berita korupsi dan penyuapan yang dilakukan oleh para pejabat Negara yaitu anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) / DewanPerwakilan Rakyat (DPR). Mengapa saya katakana “dibiasakan”? Karena memang dalam beberapa pekan terakhir ini di media cetak maupun elektronik yang sering kali kita jumpai berita tentang Korupsi dan Penyuapan, yang celakanya perbuatan tercela tersebut dilakukan oleh para kalangan elit MPR/DPR. Sangat miris memang, para anggota DPR/MPR yang seharusnya melayani, memperjuangkan dan menampung aspirasi rakyat belakangan malah menjadi pencuri ulung yang memakan uang rakyat.

Sebuah akibat tentu saja ada sebabnya. Jika kita teliti lebih lanjut dari mana akar korupsi tersebut sehingga dapat tumbuh dan berkembang dalam jiwa masyarakat. Kenyataan ini sangat mengkhawatirkan, jika kita melihat kondisi bangsa yang setiap harinya dihujani oleh kasus-kasus korupsi? Celakanya kondisi tersebut masih dibarengi oleh buruknya kesadaran diri masyarakat akan pentingnya kejujuran, sehingga peluang dilakukannya korupsi dan penyuapan pun semakin tinggi.

Korupsi sendiri berawal dari hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Sungguh sangat miris ketika saya melihat teman-teman saya berbohong kepada orangtua mereka tentang besarnya bayaran keperluan sekolah mereka misalnya, bayaran sebenarnya hanya Rp. 10.000,- mereka bilangnya Rp. 20.000,-. Hal lainnya misal dalam lingkungan sekolah, dalam ruang lingkup kelas yaitu dalam tugas kelompok membutuhkan biaya sekian, dan si A berkata ke teman-temannya bahwa tugas tersebut memerlukan dana sekian, padahal dana yang diperlukan tidak sebesar itu. Ia sengaja menambahkan jumlah nominalnya agar ia mendapatkan keuntungan. Jika dalam usia sedini ini kita sudah terbiasa melakukan korupsi kecil lalu, bagaimana saat kita dewasa nanti?

Hal lainnya dalam dunia kerja, untuk mendapatkan pekerjaan atau posisi kerja kita membayar uang sekian untuk mempermudah mendapatkan pekerjaan atau posisi pekerjaan tersebut. Seperti untuk menjadi anggota PNS dalam pemerintahan atau dunia pendidikan. Lazimnya untuk menjadi seorang pegawai PNS, seseorang harus mengerjakan sejumlah soal-soal test agar dapat lulus, tetapi ada sekelompok orang yang menggunakan uang untuk memperlancarnya. Dalam dunia pendidikan celakanya ada beberapa guru juga melakukan hal tersebut. Contoh lainnya yang pernah saya lihat maupun yang saya alami adalah guru yang melakukan pungutan-pungutan terhadap siswanya. Ada lagi, pernah saya dengar bahwa dana BOS (BantuanOperasionalSekolah) dari Pemerintah yang seharusnya untuk siswa/siswi yang membutuhkan tetapi malah dikantongi oleh pihak sekolah. Secara tidak langsung, guru-guru mengajarkan korupsi kepada murid-muridnya.Jadi, untuk apa di Sekolah kita diajarkan untuk tidak melakukan KKN jika malah guru-gurunya sendiri yang menjadi oknum tindak KKN tersebut?

Terlepas dari masalah di atas, tentu tidak dapat kita pungkiri jika kondisi moral bangsa yang buruk ini pun member andil dalam maraknya tindak korupsi yang belakangan ini sering terjadi. Memang besarnya kebutuhan hidup saat ini menuntut biaya yang tidak sedikit. Namun, hal tersebut jangan dijadikan sebuah pembenaran dan pemakluman akan banyaknya tindakan berbohong, korupsi, serta penyuapan. Pemerintah yang bertanggung jawab akan hal ini seharusnya cekatan dalam menghadapi kondisi yang seperti ini. Jangan malah kondisi moral bangsa yang buruk dibiarkan berlarut-larut sampai menimbulkan kerugian yang besar.
 
Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa kondisi moral bangsa yang buruk dan lemahnya keimanan kita pada Tuhan adalah sebuah kombinasi yang sempurna untuk menjelaskan berbagai kasus korupsi dan penyuapan yang akhir-akhir ini terjadi. Dan sudah selayaknya semua pihak yang bertanggung jawab akan hal tersebut, bahu-membahu bekerja sama dengan penuh kesadaran agar masa depan dan cita-cita bangsa sebagai bangsa yang bersih dapat tercapai. Tindakan preventif baik berupa memberikan materi pelajaran agama di Sekolah maupun keteguhan iman harus segera ditanamkan dengan serius. Sanksi tegas terhadap pihak terkait yang bersalah pun sudah selayaknya segera dilakukan demi kenyamanan bersama. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar